Liputan6.com, Palu - Lain Palu lain Jakarta. Di Ibukota
Jakarta masyarakat tengah diributkan oleh pengesahan RUU Pilkada menjadi
UU Pilkada, di Palu masyarakat malah disibukkan dengan berburu batu
bacan.
Bagaimana tidak, batu bacan saat ini tengah menjadi primadona di kalangan pecinta dan kolektor batu akik di Palu, Sulawesi Tengah. Satu butir bacan, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi jika bacan itu mengandung keunikan yang disebut-sebut punya nyawa, harga jualnya bisa fantastik hingga ratusan juta rupiah.
Batu bacan berasal dari Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Di daerah asalnya, kepopuleran bacan sudah berlangsung sejak lama.
Batu ini menjadi buruan karena warnanya diyakini bisa berubah. Dengan cahaya kristal yang terpancar dari dalam bacan, mampu memikat seluruh pecinta dan kolektor batu akik untuk mengkoleksinya.
Salah satu kolektor batu akik, Masno menerangkan, batu bacan yang paling dicari adalah bacan doko. Sebab, warnanya bisa berubah dan ada cahaya kristalnya. "Makanya sampai dibilang bernyawa karena bisa berubah warna dan paling mahal harga jualnya," ujar Masno yang mengaku sudah belasan tahun menjadi kolektor batu akik di Palu, Minggu (28/9/2014).
Selain jenis doko, bacan juga memiliki jenis lain yakni bacan obi berwarna coklat, putih, dan madu, bacan palamea berwarna biru dan merah, bacan weda berwarna coklat dan kuning, dan beberapa jenis bacan lainnya. Doko sendiri berwarna hijau.
Di antara batu akik, harga bacan terbilang paling mahal. Harga per butir bacan yang siap pakai jadi permata cincin bisa dihargai Rp 5 juta sampai Rp 15 juta.
"Itu harga yang sudah jadi. Kalau dibeli perbongkahan seperti bacan doko bisa Rp 200 juta sampai Rp 300 juta per kilogram. Itu harga bacan yang benar-benar super yang diambil langsung dari kedalaman yang paling dalam di pusat pertambangan Pulau Bacan," jelas Masno seraya memperlihatkan koleksi bongkahan batu bacan di kediamannya Jalan Datuk Pamusu, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat.
Menurut pria 36 tahun itu, bongkahan bacan miliknya belum pernah laku terjual di Palu. Dia lebih banyak menjual bacan yang sudah jadi permata alias siap pakai.
"Mungkin karena mahal makanya tidak ada yang berani beli bongkahan. Tapi kalau sudah jadi permata banyak yang beli. Malahan di Palu ini paling diburu karena lebih murah dan sudah cukup langka juga. Ya itu, untuk ukuran kecil Rp 5 juta dan ukuran besar bisa Rp 15 juta per butir harganya," imbuh Masno.
Salah satu pecinta batu akik, Aco mengungkapkan, memiliki kepuasan tersendiri jika menggunakan cincin bermatakan batu bacan. Apalagi, bacan jenis doko.
"Semua jenis bacan itu bagus. Kebetulan saya ada tiga jenis. Mulai doko, obi, dan palamea. Pokoknya bagus kalau dipakai, apalagi kan memang harganya mahal dan kalau dipakai bisa bikin kita lebih percaya diri ketimbang pakai jenis batu akik lain yang lebih murah," kata Aco.
Aco sudah belasan tahun hobi batu akik. Selain hobi, dia juga berdagang batu akik, karena itu tak heran jika Aco memiliki ratusan lebih batu akik yang sudah jadi permata cincin. Termasuk jenis batu safir, rubi, perros, dan giok.
Menurut Aco, di Palu pecinta batu akik tidak hanya kalangan orang tua tapi juga anak-anak muda, yakni pelajar.
Bagaimana tidak, batu bacan saat ini tengah menjadi primadona di kalangan pecinta dan kolektor batu akik di Palu, Sulawesi Tengah. Satu butir bacan, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi jika bacan itu mengandung keunikan yang disebut-sebut punya nyawa, harga jualnya bisa fantastik hingga ratusan juta rupiah.
Batu bacan berasal dari Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Di daerah asalnya, kepopuleran bacan sudah berlangsung sejak lama.
Batu ini menjadi buruan karena warnanya diyakini bisa berubah. Dengan cahaya kristal yang terpancar dari dalam bacan, mampu memikat seluruh pecinta dan kolektor batu akik untuk mengkoleksinya.
Salah satu kolektor batu akik, Masno menerangkan, batu bacan yang paling dicari adalah bacan doko. Sebab, warnanya bisa berubah dan ada cahaya kristalnya. "Makanya sampai dibilang bernyawa karena bisa berubah warna dan paling mahal harga jualnya," ujar Masno yang mengaku sudah belasan tahun menjadi kolektor batu akik di Palu, Minggu (28/9/2014).
Selain jenis doko, bacan juga memiliki jenis lain yakni bacan obi berwarna coklat, putih, dan madu, bacan palamea berwarna biru dan merah, bacan weda berwarna coklat dan kuning, dan beberapa jenis bacan lainnya. Doko sendiri berwarna hijau.
Di antara batu akik, harga bacan terbilang paling mahal. Harga per butir bacan yang siap pakai jadi permata cincin bisa dihargai Rp 5 juta sampai Rp 15 juta.
"Itu harga yang sudah jadi. Kalau dibeli perbongkahan seperti bacan doko bisa Rp 200 juta sampai Rp 300 juta per kilogram. Itu harga bacan yang benar-benar super yang diambil langsung dari kedalaman yang paling dalam di pusat pertambangan Pulau Bacan," jelas Masno seraya memperlihatkan koleksi bongkahan batu bacan di kediamannya Jalan Datuk Pamusu, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat.
Menurut pria 36 tahun itu, bongkahan bacan miliknya belum pernah laku terjual di Palu. Dia lebih banyak menjual bacan yang sudah jadi permata alias siap pakai.
"Mungkin karena mahal makanya tidak ada yang berani beli bongkahan. Tapi kalau sudah jadi permata banyak yang beli. Malahan di Palu ini paling diburu karena lebih murah dan sudah cukup langka juga. Ya itu, untuk ukuran kecil Rp 5 juta dan ukuran besar bisa Rp 15 juta per butir harganya," imbuh Masno.
Salah satu pecinta batu akik, Aco mengungkapkan, memiliki kepuasan tersendiri jika menggunakan cincin bermatakan batu bacan. Apalagi, bacan jenis doko.
"Semua jenis bacan itu bagus. Kebetulan saya ada tiga jenis. Mulai doko, obi, dan palamea. Pokoknya bagus kalau dipakai, apalagi kan memang harganya mahal dan kalau dipakai bisa bikin kita lebih percaya diri ketimbang pakai jenis batu akik lain yang lebih murah," kata Aco.
Aco sudah belasan tahun hobi batu akik. Selain hobi, dia juga berdagang batu akik, karena itu tak heran jika Aco memiliki ratusan lebih batu akik yang sudah jadi permata cincin. Termasuk jenis batu safir, rubi, perros, dan giok.
Menurut Aco, di Palu pecinta batu akik tidak hanya kalangan orang tua tapi juga anak-anak muda, yakni pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar